2012/01/28

Untitled....novel.

‘Jess…jess…jess….’ Kereta melaju pelan.

Evelyn, atau yang lebih sering dipanggil Eve, sedang bersandar malas dikursi penumpang sambil membolak-balik secarik brosur. Ia pandangi lekat-lekat brosur yang ternyata adalah brosur sebuah asrama di Atlanta itu. Ia masih belum bisa percaya bahwa ia sebentar lagi akan belajar, menginap, dan mempunyai banyak teman dari seluruh dunia di asrama itu. Ya, anak satu ini memang senang sekali berteman. Ia masih tetap ceria walaupun mama papanya baru saja meninggalkannya sebulan yang lalu, karena saat pulang dari Singapura, pesawat yang mereka tumpangi jatuh. Eve sekarang tinggal dengan neneknya di sebuah desa terpencil di California.

Alangkah senangnya Eve saat ia tau bahwa ia mendapat beasiswa di asrama Aphrodite, asrama yang ‘katanya’ selalu mengeluarkan orang-orang yang berpengaruh di dunia. Padahal, ia hanya iseng mendaftarkan diri dan mengerjakan testnya secara online. Untung saja, neneknya mengizinkannya bersekolah di asrama itu.

Akhirnya kereta yang ditumpanginya sampai di tujuan. Segera ia turun dan menyeret kedua kopernya.

Ahh… aku harus memulai dari mana? Papa! Mama! Doakan anakmu ini ya! Aku yakin pasti papa dan mama menjagaku dari sana! batin Eve saat keluar dari stasiun.
Berbeda dengan desa tempat tinggalnya dulu, Atlanta sangatlah ramai. Berkali-kali ia memanggil taxi dan selalu diambil orang. Karena tidak mau menunggu terlalu lama, Eve memutuskan untuk naik bus saja.
Karena masih bingung dengan suasana kota, Eve celingukan dan berkali-kali bertanya pada sopir bus dimana letak Asrama Aphrodite. Ia juga sempat dibentak oleh ibu-ibu yang membawa bayi karena Eve mengganggu anaknya yang sedang terlelap.
“Orang kota dengan didesaku jauh berbeda… Apa aku bisa betah disini?” gumam Eve dengan tampang cemberut.
Sesampainya di Asrama Aphrodite, Eve langsung dicegat oleh 2 satpam. Ternyata 2 satpam itu hanya memeriksa barang-barangnya. Setelah memeriksa bawaan Eve, kedua satpam itu membukakan pagar dan mempersilahkannya masuk.
Dan… Eve menganga menyaksikan pemandangan yang ditampilkan pak satpam itu. Taman yang sangat luas dipenuhi rumput-rumput hijau yang segar, bunga berwarna-warni, dan ditengah taman berdiri seorang cupid yang memancurkan air, sangat indah.
Dimana asrama itu? Apakah aku salah tempat? Tapi di depan gerbang tadi ada tulisan “Welcome to Aphrodite Dormitory” kok!
Eve mulai menyusuri taman itu, dan menjumpai seorang ibu setengah baya yang sedang asyik menyiram tanaman.   
“Maaf mengganggu... apakah tempat ini benar asrama Aphrodite, bu?” tanya Eve dengan sopan.
Ibu itu menghentikan kegiatannya kemudian tersenyum tipis dan mengangguk pelan.
“Tapi kok yang ada malah taman ini bu?”
Ibu itu kembali menyunggingkan senyum ramahnya.
“Iya dik, ini memang taman Asrama Aphrodite kok, kamu tinggal ikuti jalan itu, nanti juga sampai. Kamu murid ajaran semester baru ya?” Ibu itu bertanya kembali.
“Terima kasih bu informasinya..” Eve pun permisi dan kemudian berlalu.
Ternyata ibu itu benar, Eve sekarang sudah sampai di asrama tersebut. Dan saat baru mau menginjakkan kaki, Eve melihat segerombolan anak berkumpul.
Eve pun mendekati kerumunan itu. Percuma. Ia sama sekali tidak dapat melihat apa yang diributkan anak-anak itu karena terhalang gerombolan dan hampir saja Eve terjatuh karena ada seorang anak berbadan gemuk yang tak sengaja mendorongnya.
“Yah… Aku nggak sekamar sama kamu dong! Aku masuk kamar 108... Kamu jangan sombong denganku ya!!“ ucap seorang anak disamping Eve pada temannya, rambutnya hitam sepunggung.
 Ah… apa tadi dia bilang? Kamar? Oh, ternyata pengumuman pembagian kamar toh. Kira-kira aku dikamar berapa ya? Jadi penasaran, semoga anak-anaknya seru!!! pikir Eve sambil senyam-senyum.
“Heh! Jangan bengong dong! Nutupin jalan aja!” sahut seorang anak laki-laki ketus.
 “Biasa aja kali, gausah dibentak juga udah mau pergi” jawab Eve sekenanya dan berlalu tanpa mempedulikan reaksi anak laki tadi.
Setelah kerumunan sudah agak sepi, Eve baru memberanikan diri melihat pengumuman itu. Tenyata, ia masuk kamar 306. Segera ia ke lobby asrama dan meminta kunci kamar di resepsionis. Kamarnya terletak di lantai 2.
Sekarang ia sudah ada didepan pintu kamar 306. Dibukanya pintu perlahan. Tak ada siapa-siapa. Diliriknya jam dinding. Pukul tujuh.
Ah! Waktunya makan malam! Eve langsung membanting kopernya dan sedikit berlari menuju ruang makan.
Seantero ruang makan itu fokus memperhatikan gadis kecil berambut ikal dan dikuncir miring, berdiri diambang pintu ruang makan.
“Hari pertama masuk, sudah telat, nona manis?” tanya seorang guru dengan senyuman tak kalah manis.
“Maafkan saya ma’am... Tadi saya telat mengambil kunci...” jawab Eve dengan muka menunduk.
“Ah sudahlah.. saya maafkan, lain kali jangan diulangi lagi. Silahkan duduk dan nikmati santapannya” ucap ma’am itu lagi. Eve mengangguk cepat dan duduk dengan tenang.
Jadwal makan malam kali ini sungguh lezat, tak kalah dengan masakan nenek! batinnya saat melahap suap terakhir. Eve memang rakus soal makanan, tapi jangan salah, badannya ideal lho.    
“Mmmm… maaf, kira-kira kalau makanan kita sudah habis, apa boleh kita tambah sepiring lagi?” bisik Eve pada teman sebelahnya.    
“YANG BENAR SAJA! MAKANAN SATU PIRING PENUH KALORI BEGINI KAMU MASIH MAU TAMBAH??!!” sahut gadis itu dan disambut pelototan siapapun yang ada diruang makan.
“Ehm! Apakah saya belum memberitahu tentang peraturan tidak boleh berbicara saat makan, Ms. Black?!” Ma’am Erina angkat bicara.      
“Ah..itu..itu..sudah ma’am…” tunduknya lesu.
“Hhh… Ya saya maklumi perlakuan-perlakuan kalian saat ini. Tapi untuk besok dan seterusnya, saya tidak akan segan-segan menghukum siapapun yang melanggar peraturan disini. Mengerti??!!” tegas Ma’am. Sunyi.
“SAYA BILANG MENGERTIII????!!!” teriak Ma’am Erina tegas.
“MENGERTI MA’AM!!!!!” sentak seluruh murid.
“Ini semua karena kau..” bisik nya lirih pada Eve.

*******

“Hey…Hey… Aku kan cuman nanya! Salah dia sendiri, jawabnya pake teriak segala! Huh… harusnya aku tau aku nggak cocok disini. Baru berapa jam saja aku sudah kangen dengan teman-teman dirumah…” omel Eve pada dirinya sendiri saat pergi ke kamar.
‘cklek..’ Eve membuka pintu kamarnya perlahan. Dilihatnya seorang gadis berkepang membelakanginya sambil menatap serius ke arah buku yang sepertinya bukan buku komik, sudah pasti. Walaupun Eve tergolong anak yang cerdas, tapi ia lebih memilih membaca setumpuk komik dibanding buku filosofis yang beratus-ratus halaman. Tapi jangan salah, walaupun begitu dia tetap rajin membaca buku-buku pelajaran kok.
“Hai, namaku Evelyn, kamu bisa panggil aku Eve! Semoga kita bisa jadi teman kamar yang baik ya!” sapanya.
Gadis itu tersentak.
“Bisa tolong diam? Aku sedang konsentrasi membaca.” Jawabnya dingin tanpa sedikitpun melepas pandangannya dari buku.
“Ah, baiklah. Namaku Eve, namamu siapa?” bisik Eve tepat di depan telinga gadis itu.
“Hentikan! Geli tau!” spontan gadis itu berbalik.
Kacamatanya tebal sekali…
“Kamu pasti sedang mengejekku dalam hati kan! Aku tau aku jelek!! Ka-”
“Tidak. Kamu cantik kok,” potong Eve.
“Kamu pasti hanya mencoba menghiburku kan?!!? Percuma! Nggak mem-”
“Ya. Aku hanya ingin menghiburmu,” Lagi-lagi Eve memotongnya.     
“Teman macam apa kamu!!?? Sok peduli!!!”gegas nya kemudian berlalu.
“Setidaknya tanpa kacamata itu, kamu cantik.”
 Gadis itu berhenti.
“Bagaimana kamu tahu?” ia mengecilkan volume suaranya tanpa berbalik.
“Semua gadis cantik dengan caranya masing-masing kok. Sebenarnya kamu pakai kacamata pun cantik, tapi mungkin itu membuatmu kurang percaya diri. Mungkin jika kacamatamu dilepas, kamu akan lebih bersinar.”
“Apa itu benar? Tapi bagaimana caranya aku belajar nanti?” gadis itupun berbalik dan memandang Eve penuh harap.
“Hei, apa kau tidak pernah mendengar tentang soft lense?”     
“Bukannya itu dapat memperburuk penglihatan?”ia pun balik bertanya.
“Tidak juga. Itu tergantung apa kamu menjaga mata mu dengan baik atau tidak. Mau coba?” tanya Eve sambil mengedipkan satu matanya.
“Apa nanti aku kelihatan aneh?” jawabnya murung.
“Hey sudahlah! Yang penting kita coba dulu, oke?” sahut Eve seraya merangkulnya dan mengacungkan ibu jarinya.
“Oke. Tapi kenapa kamu mau repot-repot begini?” gumamnya sambil memperbaiki kacamatanya yang merosot.
“Kita kan bakal jadi teman kamar, jadi harus terbuka dong! Oh ya, namamu siapa?” tanya Eve sambil menjulurkan tangan.
“Ah iya… Namaku Nath” senyumnya manis dan menyambutnya.
‘klek.’ Pintu kamar mandi terbuka. Asap mengepul dari dalam. “Dudududu…” Seorang gadis keluar sambil mengusap-usap rambut pirangnya. Seketika Eve dan gadis itu saling berpandangan.
“Heh! Ngapain kamu disini??!!” serunya sambil menunjuk Eve.
“Ya Tuhann.... kenapa aku harus ketemu dengan gadis bawel ini lagii?!!?”
“Sembarangan kamu!!! Awas ya!!”
Akhirnya terjadi adegan Tom&Jerry.

******

 “Hei apa kalian tidak capek? Lagipula darimana kalian kenal satu sama lain?” ujar Nath seraya merebahkan badan dan kembali membaca.  
“Tidak baik membaca sambil tidur.” Ucap gadis berambut pirang.     
“Ah iya, aku lupa. Terima kasih,” jawab Nath seraya membetulkan posisinya dan tersenyum.
“Sama-sama, ngomong-ngomong kalau kamu lepas kacamata mu, pasti sangat cantik,” sarannya.
“Hei, itu ideku!” elak Eve.
“Siapa bilang? Aku sudah memikirkannya saat bertemu pertama kali tadi!” sewotnya.
“Pasti kamu menguping dari dalam kamar mandi tadi, kan?!”
“Sembarangan! Kamu tuh yang ngikut-ngikut!”
“Hei… sudahlah. Itu kan ide kalian berdua. Terima kasih sudah memikirkannya untukku!” ucap Nath seraya mengedipkan mata dan pergi ke kamar mandi.
Sunyi.  
“Siapa namamu?” Eve memulai pembicaraan.
“Katherine,” jawabnya singkat.
“Kupanggil kau Kath ya?”
“Terserah maumu,” jawab Kath tak peduli.
“Wah! Nath&Kath! Apa kalian saudara yang terpisah??” canda Eve.
“Enak saja kamu! Hahahahaha” tanpa sadar Kath tertawa.
“Hehehe, eh, aku lihat dipapan pengumuman tadi, satu kamar bukannya 4 orang ya?”ujar Eve mengganti topik.
 “Ya, aku juga lihat. Lalu kemana perginya teman sekamar kita itu?” jawabnya antusias.
“Mungkin dia tersesat, dan baru sampai besok pagi.” Jawab Eve sekenanya.
“Jahat sekali, kamu.”
“Memang aku jahat. Wek. Tidur duluan yaa!” ucap Eve lagi seraya menarik selimutnya.
“Oh iya, besok kan masih tahap perkenalan, mungkin sebaiknya aku tidur juga.” Ujar Kath kemudian mematikan lampu.

*******

Hehehe. Iseng-iseng buat cerita. tapi belum tau konfliknya gimana. awalnya aja udah gajelas. wehehehe saran donggg-_-v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar