‘Jess…jess…jess….’
Kereta melaju pelan.
Evelyn,
atau yang lebih sering dipanggil Eve, sedang bersandar malas dikursi penumpang
sambil membolak-balik secarik brosur. Ia pandangi lekat-lekat brosur yang
ternyata adalah brosur sebuah asrama di Atlanta itu. Ia masih belum bisa
percaya bahwa ia sebentar lagi akan belajar, menginap, dan mempunyai banyak
teman dari seluruh dunia di asrama itu. Ya, anak satu ini memang senang sekali
berteman. Ia masih tetap ceria walaupun mama papanya baru saja meninggalkannya
sebulan yang lalu, karena saat pulang dari Singapura, pesawat yang mereka
tumpangi jatuh. Eve sekarang tinggal dengan neneknya di sebuah desa terpencil
di California.
Alangkah
senangnya Eve saat ia tau bahwa ia mendapat beasiswa di asrama Aphrodite,
asrama yang ‘katanya’ selalu mengeluarkan orang-orang yang berpengaruh di
dunia. Padahal, ia hanya iseng mendaftarkan diri dan mengerjakan testnya secara
online. Untung saja, neneknya mengizinkannya bersekolah di asrama itu.
Akhirnya
kereta yang ditumpanginya sampai di tujuan. Segera ia turun dan menyeret kedua
kopernya.
Ahh… aku harus memulai dari mana? Papa!
Mama! Doakan anakmu ini ya! Aku yakin pasti papa dan mama menjagaku dari sana! batin Eve saat keluar dari stasiun.
Berbeda
dengan desa tempat tinggalnya dulu, Atlanta sangatlah ramai. Berkali-kali ia memanggil
taxi dan selalu diambil orang. Karena tidak mau menunggu terlalu lama, Eve
memutuskan untuk naik bus saja.
Karena
masih bingung dengan suasana kota, Eve celingukan dan berkali-kali bertanya
pada sopir bus dimana letak Asrama Aphrodite. Ia juga sempat dibentak oleh
ibu-ibu yang membawa bayi karena Eve mengganggu anaknya yang sedang terlelap.
“Orang
kota dengan didesaku jauh berbeda… Apa aku bisa betah disini?” gumam Eve dengan
tampang cemberut.
Sesampainya
di Asrama Aphrodite, Eve langsung dicegat oleh 2 satpam. Ternyata 2 satpam itu
hanya memeriksa barang-barangnya. Setelah memeriksa bawaan Eve, kedua satpam itu
membukakan pagar dan mempersilahkannya masuk.
Dan…
Eve menganga menyaksikan pemandangan yang ditampilkan pak satpam itu. Taman
yang sangat luas dipenuhi rumput-rumput hijau yang segar, bunga berwarna-warni,
dan ditengah taman berdiri seorang cupid yang memancurkan air, sangat indah.
Dimana asrama itu? Apakah aku salah
tempat? Tapi di depan gerbang tadi ada tulisan “Welcome to Aphrodite Dormitory”
kok!
Eve
mulai menyusuri taman itu, dan menjumpai seorang ibu setengah baya yang sedang
asyik menyiram tanaman.
“Maaf
mengganggu... apakah tempat ini benar asrama Aphrodite, bu?” tanya Eve dengan
sopan.
Ibu
itu menghentikan kegiatannya kemudian tersenyum tipis dan mengangguk pelan.
“Tapi
kok yang ada malah taman ini bu?”
Ibu
itu kembali menyunggingkan senyum ramahnya.
“Iya
dik, ini memang taman Asrama Aphrodite kok, kamu tinggal ikuti jalan itu, nanti
juga sampai. Kamu murid ajaran semester baru ya?” Ibu itu bertanya kembali.
“Terima
kasih bu informasinya..” Eve pun permisi dan kemudian berlalu.
Ternyata
ibu itu benar, Eve sekarang sudah sampai di asrama tersebut. Dan saat baru mau
menginjakkan kaki, Eve melihat segerombolan anak berkumpul.
Eve
pun mendekati kerumunan itu. Percuma. Ia sama sekali tidak dapat melihat apa
yang diributkan anak-anak itu karena terhalang gerombolan dan hampir saja Eve
terjatuh karena ada seorang anak berbadan gemuk yang tak sengaja mendorongnya.
“Yah…
Aku nggak sekamar sama kamu dong! Aku masuk kamar 108... Kamu jangan sombong
denganku ya!!“ ucap seorang anak disamping Eve pada temannya, rambutnya hitam
sepunggung.
Ah… apa
tadi dia bilang? Kamar? Oh, ternyata pengumuman pembagian kamar toh. Kira-kira
aku dikamar berapa ya? Jadi penasaran, semoga anak-anaknya seru!!! pikir
Eve sambil senyam-senyum.
“Heh!
Jangan bengong dong! Nutupin jalan aja!” sahut seorang anak laki-laki ketus.
“Biasa aja kali, gausah dibentak juga udah mau
pergi” jawab Eve sekenanya dan berlalu tanpa mempedulikan reaksi anak laki
tadi.
Setelah
kerumunan sudah agak sepi, Eve baru memberanikan diri melihat pengumuman itu. Tenyata,
ia masuk kamar 306. Segera ia ke lobby asrama dan meminta kunci kamar di
resepsionis. Kamarnya terletak di lantai 2.
Sekarang
ia sudah ada didepan pintu kamar 306. Dibukanya pintu perlahan. Tak ada
siapa-siapa. Diliriknya jam dinding. Pukul tujuh.
Ah! Waktunya makan malam! Eve langsung membanting kopernya dan sedikit berlari
menuju ruang makan.
Seantero
ruang makan itu fokus memperhatikan gadis kecil berambut ikal dan dikuncir
miring, berdiri diambang pintu ruang makan.
“Hari
pertama masuk, sudah telat, nona manis?” tanya seorang guru dengan senyuman tak
kalah manis.
“Maafkan
saya ma’am... Tadi saya telat mengambil kunci...” jawab Eve dengan muka
menunduk.
“Ah
sudahlah.. saya maafkan, lain kali jangan diulangi lagi. Silahkan duduk dan
nikmati santapannya” ucap ma’am itu lagi. Eve mengangguk cepat dan duduk dengan
tenang.
Jadwal makan malam kali ini sungguh
lezat, tak kalah dengan masakan nenek!
batinnya saat melahap suap terakhir. Eve memang rakus soal makanan, tapi jangan salah, badannya ideal lho.
“Mmmm…
maaf, kira-kira kalau makanan kita sudah habis, apa boleh kita tambah sepiring
lagi?” bisik Eve pada teman sebelahnya.
“YANG
BENAR SAJA! MAKANAN SATU PIRING PENUH KALORI BEGINI KAMU MASIH MAU TAMBAH??!!”
sahut gadis itu dan disambut pelototan siapapun yang ada diruang makan.
“Ehm!
Apakah saya belum memberitahu tentang peraturan tidak boleh berbicara saat
makan, Ms. Black?!” Ma’am Erina angkat bicara.
“Ah..itu..itu..sudah
ma’am…” tunduknya lesu.
“Hhh…
Ya saya maklumi perlakuan-perlakuan kalian saat ini. Tapi untuk besok dan
seterusnya, saya tidak akan segan-segan menghukum siapapun yang melanggar
peraturan disini. Mengerti??!!” tegas Ma’am. Sunyi.
“SAYA
BILANG MENGERTIII????!!!” teriak Ma’am Erina tegas.
“MENGERTI
MA’AM!!!!!” sentak seluruh murid.
“Ini
semua karena kau..” bisik nya lirih pada Eve.
*******
“Hey…Hey…
Aku kan cuman nanya! Salah dia sendiri, jawabnya pake teriak segala! Huh…
harusnya aku tau aku nggak cocok disini. Baru berapa jam saja aku sudah kangen
dengan teman-teman dirumah…” omel Eve pada dirinya sendiri saat pergi ke kamar.
‘cklek..’
Eve membuka pintu kamarnya perlahan. Dilihatnya seorang gadis berkepang
membelakanginya sambil menatap serius ke arah buku yang sepertinya bukan buku
komik, sudah pasti. Walaupun Eve tergolong anak yang cerdas, tapi ia lebih
memilih membaca setumpuk komik dibanding buku filosofis yang beratus-ratus
halaman. Tapi jangan salah, walaupun begitu dia tetap rajin membaca buku-buku
pelajaran kok.
“Hai,
namaku Evelyn, kamu bisa panggil aku Eve! Semoga kita bisa jadi teman kamar
yang baik ya!” sapanya.
Gadis
itu tersentak.
“Bisa
tolong diam? Aku sedang konsentrasi membaca.” Jawabnya dingin tanpa sedikitpun
melepas pandangannya dari buku.
“Ah,
baiklah. Namaku Eve, namamu siapa?” bisik Eve tepat di depan telinga gadis itu.
“Hentikan!
Geli tau!” spontan gadis itu berbalik.
Kacamatanya tebal sekali…
“Kamu
pasti sedang mengejekku dalam hati kan! Aku tau aku jelek!! Ka-”
“Tidak.
Kamu cantik kok,” potong Eve.
“Kamu
pasti hanya mencoba menghiburku kan?!!? Percuma! Nggak mem-”
“Ya.
Aku hanya ingin menghiburmu,” Lagi-lagi Eve memotongnya.
“Teman
macam apa kamu!!?? Sok peduli!!!”gegas nya kemudian berlalu.
“Setidaknya
tanpa kacamata itu, kamu cantik.”
Gadis itu berhenti.
“Bagaimana
kamu tahu?” ia mengecilkan volume suaranya tanpa berbalik.
“Semua
gadis cantik dengan caranya masing-masing kok. Sebenarnya kamu pakai kacamata
pun cantik, tapi mungkin itu membuatmu kurang percaya diri. Mungkin jika
kacamatamu dilepas, kamu akan lebih bersinar.”
“Apa
itu benar? Tapi bagaimana caranya aku belajar nanti?” gadis itupun berbalik dan
memandang Eve penuh harap.
“Hei,
apa kau tidak pernah mendengar tentang soft lense?”
“Bukannya
itu dapat memperburuk penglihatan?”ia pun balik bertanya.
“Tidak
juga. Itu tergantung apa kamu menjaga mata mu dengan baik atau tidak. Mau
coba?” tanya Eve sambil mengedipkan satu matanya.
“Apa
nanti aku kelihatan aneh?” jawabnya murung.
“Hey
sudahlah! Yang penting kita coba dulu, oke?” sahut Eve seraya merangkulnya dan
mengacungkan ibu jarinya.
“Oke.
Tapi kenapa kamu mau repot-repot begini?” gumamnya sambil memperbaiki
kacamatanya yang merosot.
“Kita
kan bakal jadi teman kamar, jadi harus terbuka dong! Oh ya, namamu siapa?” tanya
Eve sambil menjulurkan tangan.
“Ah
iya… Namaku Nath” senyumnya manis dan menyambutnya.
‘klek.’
Pintu kamar mandi terbuka. Asap mengepul dari dalam. “Dudududu…” Seorang gadis keluar sambil mengusap-usap rambut
pirangnya. Seketika Eve dan gadis itu saling berpandangan.
“Heh!
Ngapain kamu disini??!!” serunya sambil menunjuk Eve.
“Ya
Tuhann.... kenapa aku harus ketemu dengan gadis bawel ini lagii?!!?”
“Sembarangan
kamu!!! Awas ya!!”
Akhirnya
terjadi adegan Tom&Jerry.
******
“Hei apa kalian tidak capek? Lagipula darimana
kalian kenal satu sama lain?” ujar Nath seraya merebahkan badan dan kembali
membaca.
“Tidak
baik membaca sambil tidur.” Ucap gadis berambut pirang.
“Ah
iya, aku lupa. Terima kasih,” jawab Nath seraya membetulkan posisinya dan
tersenyum.
“Sama-sama,
ngomong-ngomong kalau kamu lepas kacamata mu, pasti sangat cantik,” sarannya.
“Hei,
itu ideku!” elak Eve.
“Siapa
bilang? Aku sudah memikirkannya saat bertemu pertama kali tadi!” sewotnya.
“Pasti
kamu menguping dari dalam kamar mandi tadi, kan?!”
“Sembarangan!
Kamu tuh yang ngikut-ngikut!”
“Hei…
sudahlah. Itu kan ide kalian berdua. Terima kasih sudah memikirkannya untukku!”
ucap Nath seraya mengedipkan mata dan pergi ke kamar mandi.
Sunyi.
“Siapa
namamu?” Eve memulai pembicaraan.
“Katherine,”
jawabnya singkat.
“Kupanggil
kau Kath ya?”
“Terserah
maumu,” jawab Kath tak peduli.
“Wah!
Nath&Kath! Apa kalian saudara yang terpisah??” canda Eve.
“Enak
saja kamu! Hahahahaha” tanpa sadar Kath tertawa.
“Hehehe,
eh, aku lihat dipapan pengumuman tadi, satu kamar bukannya 4 orang ya?”ujar Eve
mengganti topik.
“Ya, aku juga lihat. Lalu kemana perginya
teman sekamar kita itu?” jawabnya antusias.
“Mungkin
dia tersesat, dan baru sampai besok pagi.” Jawab Eve sekenanya.
“Jahat
sekali, kamu.”
“Memang
aku jahat. Wek. Tidur duluan yaa!” ucap Eve lagi seraya menarik selimutnya.
“Oh
iya, besok kan masih tahap perkenalan, mungkin sebaiknya aku tidur juga.” Ujar
Kath kemudian mematikan lampu.
*******
Hehehe. Iseng-iseng buat cerita. tapi belum tau konfliknya gimana. awalnya aja udah gajelas. wehehehe saran donggg-_-v